Thursday, August 23, 2018

Local Food


1.      Sate Lilit
Sate lilit merupakan makanan khas Bali yang diolah menggunakan bahan daging, daging yang sering digunakan adalah daging babi, ikan, ayam, sapi dan kura-kura. Daging tersebut akan dihaluskan dan dicampur dengan parutan kelapa, santan, jeruk nipis, bawang merah dan merica. Daging yang telah dicampur itu akan dililitkan di bambu, batang serai atau tebu dan terakhir akan dipanggang. Kebanyakan sate memang ditusuk dengan tusuk sate yang tajam, untuk sate lilit ini membutuhkan tusuk sate yang permukaannya luas sehingga daging akan mudah untuk melekat di tusuk satenya.

Dalam bahasa Bali dan Indonesia “lilit” berarti membungkus dan sangat sesui dengan sate lilit ini.Filosofi Sate Lilit,
Sate Lilit ini merupakan simbol dari kehidupan dan syarat kejantanan seorang pria. Sate lilit dibuat oleh kaum pria dari memotong hewan sampai memanggangnya. Ada beberapa upacara besar yang mengharuskan membuat sate lilit di balai desa yang dilakukan oleh 50 sampai 100 kaum pria.

Sate lilit tidak hanya dinikmati saja, umat Hindu juga mempersembahkannya dalam acara-acara keagamaan seperti upacara caru, upacara ini bertujuan untuk menghormati dewa dan jumlah sate yang harus disajikan harus ganjil. Sate lilit bisanya dihidangkan dengan sup ikan tuna, nasi dan sambal matah. Sate Lilit juga menjadi makanan favorit untuk wisatawan yang datang ke Bali.


2.      Bakso
Bakso pada umumnya disajikan dengan bakso atau bola daging yang merupakan campuran daging giling dan tepung tapioka. Satu porsi bakso biasanya disajikan dengan bakso, tahu, toge, kubis, bihun, telur, dan juga kulit pangsit. Tak hanya berisi hal umum saja yang disajikan ke dalam seporsi mangkuk bakso namun ada juga siomay, tomat, dan lain-lain. Kemudian disiram kuah kaldu yang gurih dan diberi sedikit potongan daun bawang serta bawang goreng. Bagaimana tidak tergoda dengan makanan yang satu ini. Kaldu ayamnya yang bikin menggoda hidung untuk ingin melahapnya.

Bakso, merupakan makanan yang mudah ditemukan. Mulai dari pedagang keliling hingga restoran besar sekalipun. Bahkan ada pula bakso yang dijual di super market dalam keadaan beku dimana kita hanya perlu memanasi bakso tersebut. Harga seporsi bakso sangat mudah di jangkau oleh masyarakat, alias tidak menguras kantong yakni hanya sebesar Rp. 10.000 kalian sudah dapat menyantap makanan ini. Bahkan ada yang lebiih murah dari 10 ribu rupiah, jika kalian sering menjumpai bakso-bakso yang dijual keliling oleh abang-abang. Kamu bisa membeli bakso hanya dengan 5 ribu rupiah pun masih dilayani oleh abang-abang tukang bakso.

Pada awal abad ke-17 akhir dinasti Ming di Fuzhou. Hidup seorang anak yang bernama Meng Bo yang tinggal di sebuah desa kecil. Meng Bo terkenal sebagai anak yang baik dan berbakti kepada ibunya. Kebaikan dan kebaktiannya sudah tertenak diantara para tetangganya. Hingga suatu hari, ibunya yang mulai tua tak dapat memakan daging sebab giginya sudah mulai tidak dapat makan makanan yang sifatnya keras, seperti daging. Padahal daging adalah makanan kesukaan ibunya. Bayangkan saja, kalau kamu yang ada di posisi Ibunya, kamu favorit dengan makanan, tapi kamu tidak bisa makan makanan yang kamu suka itu. (Baca juga: Sejarah Gudeg)

Sebab itulah, Meng Bo berinisiatif membantu agar ibunya dapat makan daging yang menjadi kesukaannya. Sepanjang malam, Meng Bo memikirkan bagaimana caranya mengolah daging yang keras agar dapat dimakan oleh ibunya. Hingga suatu ketika, Meng Bo melihat tetangganya menumbuk beras ketan untuk dijadikan kue mochi. Melihat hal itu, Meng Bo langsung pergi ke dapur dan mengolah daging seperti cara tetangganya membuat olahan kue mochi. Setelah daging empuk, Meng Bo membentuknya seperti bulatan bulatan kecil agar ibunya mudah untuk memakannya, dari aroma rebusan olahan daging itu tercium aroma yang sangat lezat. Sehingga Ibunya penasaran dengan aroma kaldu daging yang dibuat oleh Meng Bo itu dan ingin mencicipi makanan yang memiliki aroma sedap itu.

Setelah olahan daging matang, Meng Bo menyajikan olahan tersebut kepada ibunya. Sang ibu merasa gembira sebab tak hanya lezat namun adonan tersebut mudah untuk dimakan olehnya. Tak hanya sang ibu, Meng Bo pun merasa senang sebab sang ibu tercinta dapat merasakan makan daging kembali. Dan kini mereka sering memasak dan memakan bakso sebagai makanan utama mereka. (Baca juga: Sejarah Candi Kalasan)

Cerita bakti Meng Bo dan sejarah bakso tersebar luas hingga ke seluruh Kota Fuzhou. Tak hanya tetangga namun banyak penduduk yang berdatangan untuk belajar membuat bakso yang dibuat Meng Bo. Dan resep tersebut terus menyebar hingga sampai ke Indonesia. Walau resep asli dengan resep Indonesia berbeda namun bentuk bakso yang bulat serta teksturnya yang empuk tetap sama layaknya resep Meng Bo.
Sejarah Bakso Masuk Di Indonesia

Bakso yang kita kenal saat ini diperkenalkan oleh pedagang china yang menetap di Indonesia. Namun, sejarah bakso di Indonesia mengalami perubahan pada resep asli dimana penggunaan daging babi yang memang tidak familiar di Indonesia. Sehingga pedagang tersebut menggantinya dengan daging sapi, begitu juga dengan bumbu menggunakan rempah-rempah yang cocok dengan lidah orang Indonesia. Walau tak mirip dengan resep asli, namun daging bakso yang empuk tetap menjadi ciri khas masakan ini.
Asal-Usul Nama Bakso

Asal nama bakso terdiri dari dua suku kata yakni Bak dan So. Bak berarti Daging babi dan So yang berarti kuah. Sehingga dapat diartikan kuah dengan daging babi. Di dataran China, daging babi sudah biasa di kalangan penduduk. Namun, saat memasuki kawasan Indonesia, daging babi diganti dengan daging lainnya seperti daging sapi, ayam, dan ikan (seafood). Ada pula dalam Bahasa Hokkien yang secara harfiah Bak-So berarti “daging giling”.
(soure : http://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-bakso)


No comments:

Post a Comment